Minggu, 30 November 2014

Mengapa Dia Begitu Sensitif

ancablogspot.com ©copyright 2014
Ketika presiden sipil Indonesia berteriak lantang untuk
menenggelamkan kapal nelayan asing yang maling ikan
di perairan kita sehubungan dengan uji nyali jalesveva
jayamahe, satu rumah tetangga yang bernama Malaysia
tiba-tiba jadi berisik dan bereaksi negatif. Lewat media
online yang merupakan corong pemerintahnya, mereka
merasa tak nyaman, tak enak badan lalu dengan tak elok
pula bilang Jokowi arogan, antek Amerika dan
sebagainya.
Bertetangga dengan jiran yang satu ini memang seperti
berhadapan dengan saudara bertabiat congkak dan
angkuh. Sebenarnya dia yang angkuh karena reaksinya
itu terhadap gaya Jokowi yang tegas dan jelas. Mengapa
dia merasa kelasnya lebih tinggi dari Indonesia karena
gambaran negeri ini ada di wajah-wajah tenaga kerja
yang merantau kesana. Jadi TKI, PATI Indon itu adalah
bingkai cermin cara dia memandang kita. Belum lagi
cara pandang feodal negeri yang terdiri dari kerajaan-
kerajaan berbasis Melayu Islam, tentu menjadi
pengental cara pandang terhadap apapun yang berbau
buruh, kuli atau tenaga berbayar.
Sekedar catatan dengan dua jiran yang lain Indonesia
baik-baik aja tuh meski ada persoalan perbatasan
dengan kita. Menjelang akhir pemerintahan SBY dicapai
kesepakatan perjanjian tapal batas bilateral dengan
Singapura dan Filipina tanpa gembar gembor. Ini
membuktikan ruang kelas dan kualitas dialog dengan
kedua negara itu menghasilkan kesepakatan ciamik
"bersih cemerlang tanpa menggores". Berbeda dengan
kawan sebelah ne yang gemar melakukan klaim demi
klaim. Ya karena cermin itu tadi, dianggapnya kita ini
kelas buruh berbayar yang kelasnya dibawah dia
Adalah menjadi hak yang jelas dan terang bagi
pemerintahan bangsa besar ini untuk menyatakan
perintah bagi jajarannya agar bertindak keras dan lugas
menghadapi para pencuri sumber daya kelautan
termasuk menenggelamkan kapal mereka jika perlu. Kita
juga kan tak pernah dan tak elok meributkan kenapa
pemerintah Malaysia tak mau membuka keran
demokrasinya untuk kesamaan hak bagi setiap
warganegaranya. Lihat saja yang terjadi sepanjang
sejarah negeri itu pimpinan pemerintahannya selalu
bernama L4 (Lu Lagi Lu Lagi) maksudnya kalau ditelisik
tidak jauh-jauh dari turunan kakek, bapak, anak,
sepupu.
Ketika militer Indonesia sedang puasa alutsista di awal
reformasi, jiran sebelah ne banyak kali tingkahnya.
Sipadan-ligitan dia goyang dengan melakukan manuver
militer. Sekali waktu di awal tahun 2001 empat pesawat
coin kita OV10 Bronco melakukan patroli di Sipadan, eh
dia malah mengerahkan jet tempur F5E. Padahal masih
dalam status sama-sama berhak. Dia berhasil di Sipadan-
Ligitan melalui Mahkamah Internasional tapi terus
kemudian berupaya nak ekspansi pula ke Ambalat.
Indonesia pasang kuda-kuda dengan otot militer.
Akhirnya memang berhadapan dengan tetangga pongah
harus dihadapi dengan cara pandang militer. Ini penting
untuk diingat saudara-saudaraku. Cara pandang militer
(bukan melotot lho) adalah garis tegas di wajah yang
menahan amarah manakala pelecehan demi pelecehan
dipertontonkan. Maka RI pun belanja alutsista secara
besar-besaran, terus menerus dan tak terbendung lagi.
Setelah Presiden SBY menggelontorkan dana US $15
milyar untuk shopping alutsista selama lima tahun
terakhir ini maka Presiden Jokowi semakin jelas dan
banyak lagi membelanjakan duit untuk alutsista segala
matra
Yang menarik orang dekatnya yang menjadi Sekretaris
Kabinet Andi Widjajanto adalah pakar pertahanan dan
militer yang sangat visioner. Sebenarnya ada dua figur
pakar militer lagi yang sama-sama lantang menyuarakan
modernisasi TNI, yaitu Salim Said dan Connie
Rahakundini. Jauh-jauh hari sebelum Andi jadi Seskab
dia sudah melontarkan prediksi bahwa belanja alutsista
TNI lima tahun ke depan minimal US$ 20 milyar. Seskab
bersama Kemenhan tentu menjadi pilar utama untuk
mengambarkan renstra lanjutan lima tahun ke depan.
Terkait dengan poros maritim sudah tentu
penggelontoran dana akan terpusat di AL dan AU. TNI AL
segera membentuk armada tengah, divisi 3 marinir,
melanjutkan pengadaan KCR (Kapal Cepat Rudal),
memperbanyak pesanan PKR, mengakuisisi kapal perang
kelas fregat termasuk percepatan pengadaan kapal
selam. TNI AU juga diperkirakan akan menambah
sedikitnya 2 skuadron tempur baru disamping
mengganti 1 skuadron F5E yang dipensiunkan.
Disamping itu akan ada penambahan radar-radar
militer, satuan peluru kendali darat udara jarak sedang,
pesawat intai strategis, intai taktis.
Gebrakan untuk menenggelamkan kapal nelayan asing
sejatinya untuk mengukur kesiapan armada Angkatan
Laut, KKP, Bea Cukai, Polisi Air dengan dukungan
Angkatan Udara. Sinergi dan koordinasi akan
memberikan pesan apa yang masih harus diperbaiki,
ditambah dan dikuatkan. Ini harus dipraktekkan di
lapangan. Bisa jadi yang diperbanyak kapal-kapal patroli
non rudal atau bahkan kapal selam sesuai dengan tugas
utamanya sebagai penggentar bawah air tak tertandingi.
Sangat diniscayakan bahwa dalam lima tahun ke depan
militer Indonesia akan tampil dengan dandanan gahar,
berkualitas dan bergengsi. Kalau sudah begini apakah si
Pakcik akan melontarkan statemen angkuh lagi. Atau
jangan-jangan setelah dia membaca tulisan ini malah
sekujur tubuhnya demam lalu mengigau: "kita kan
serumpun bang, adek ne hanya bergurau bang, tak nak
kita bergaduh, tak elok dilihat sepupu kita Singapura.
Nanti dia orang ketawa senang nak lihat kita bergaduh
terus". Ternyata igauannya di dengar Pak Jokowi, lalu
sang presiden egaliter itu berkomentar: "emang gue
pikirin".


Kaskus
sumber: Marsekal81/Jagpane

Penulis & Editor
ANCA | ancablogspot.com
©copyright 2014
Sent from my BlackBerry® wireless device via Vodafone-Celcom Mobile.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

La Pattawe Matinroe ri Bettung Raja Bone ke-9 Tahun 1565-1602

La Pattawe Matinroe ri Bettung Raja Bone ke-9 Tahun 1565-1602 La Pattawe Daeng Soreang Matinroe ri Bettung (Bulukumba) adalah raja Bone ke-9...