ancablogspot.com ©copyright 2013 - Jakarta : PT.
Dirgantara Indonesia (PT. DI) akan memproduksi
pesawat udara nirawak (PUNA) seri Wulung untuk
seratus skuadron. Pesawat tersebut merupakan
hasil rancang bangun BPPT bekerja sama dengan
PT LEN untuk alat elektroniknya.
"Kementerian Pertahanan memesan PUNA yang
diproduksi PT Dirgantara Indonesia untuk 100
skuadron," kata Direktur Teknologi Industri
Diretorat Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian
Pertahanan Marsma TNI Darlis Pangaribuan usai
menghadiri penandatanganan kerja sama BPPT
dengan PT Dirgantara Indonesia dan PT LEN di
Jakarta, Senin (29/4).
Dikatakan, satu skuadron bisa berbeda isinya. "Ada
12 pesawat, 16 pesawat dan 24 pesawat,"
imbuhnya.
Ia juga menyebutkan satu PUNA harganya rata-rata
Rp9 miliar. "PUNA ini dipakai untuk survailance
menjaga NKRI yang cukup luas. Apalagi Indonesia
punya hampir 17 ribu lebih pulau," ujarnya.
Nantinya pesawat tersebut akan melakukan tugas
khusus untuk mengawasi daerah perbatasan,
pencurian ikan, pembalakan hutan secara liar, dan
sebagainya.
Dalam kesempatan tersebut Kepala Program PUNA
Pusat Teknologi Industri Pertahanan dan
Keamanan BPPT Joko Purwono menambahkan,
riset pesawat tanpa awak itu sudah dimulai sejak
2004 hingga sekarang dengan anggaran total Rp15
miliar.
"Untuk PUNA Wulung ini memiliki ketahanan
terbang maksimum empat jam dan jarak jelajah
maksimum 200 kilometer, serta ketinggian terbang
12 ribu kaki," terangnya.
Saat ini PUNA buatan BPPT itu sudah diuji coba di
pelatihan militer milik TNI AD di Batujajar, Jawa
Barat, dan Nusa Biru, Pangandaran, milik
Kementerian Perhubungan.
Pada bagian lain Direktur Teknologi dan Produksi
PT LEN Industri, Darman Mappangara, menjelaskan
dalam pesawat tersebut akan ditambah dengan
teknologi electro optical surveillance yang bisa
dipantau lewat sistem komunikasi di daratan secara
real time.
"Kami akan menyesuaikan dengan perkembangan
teknologi pemantau yang dipasang di pesawat nir
awak, seperti halnya yang telah dipakai di luar
negeri," jelas Darman.
Pesawat tersebut juga sedang dirancang untuk bisa
mendarat di malam hari. Untuk itu, di dalam
pesawat akan ditambahi kamera infra merah
sehingga bisa mendeteksi lokasi pendaratan secara
otomatis. Bahkan dalam perkembangannya nanti,
PUNA tidak hanya untuk tugas khusus.
"Bisa juga untuk pengeboman, mendeteksi
ancaman, dan sebagainya," imbuh Joko.
PT. Dirgantara Indonesia yang diwakili Direktur
Teknologi Pengembangan Andi Alisjahbana
menyambut baik komersialisasi PUNA seri Wulung
ini. Apalagi sudah banyak negara di ASEAN
memanfaatkan pesawat tersebut untuk
kepentingan nasional.
"Kita akan kembangkan dengan memakai teknologi
dalam negeri, dengan komponen dan sumber daya
manusia dari dalam negeri."
SUMBER : vivanews.com
Salam penulis:
ANCA | ancablogspot-anca.blogspot.com
©copyright 2013
Sent from my BlackBerry® wireless device via Vodafone-Celcom Mobile.