Jumat, 29 Maret 2013

MENILAI PARADIGMA PERTAHANAN INDONESIA

Foto T-50 Golden Eagle akan tiba tahun ini

ancablogspot.com ©copyright 2013
Belanja alutsista yang digelontorkan Pemerintah
untuk paket 2010-2014 tentu sangat
menggembirakan kita sekaligus membanggakan.
Belanja itu sekaligus membuktikan komitmen yang
serius dari Pemerintah untuk mendandani tentaranya
melangkah menuju kualifikasi setara dan
berteknologi. Perkuatan alutsista TNI dan
peningkatan kuantitas serta kualitas pelatihan prajurit
telah membangkitkan sebuah paradigma baru bagi
militer kita, yaitu berlatih tanpa henti dan bersiap diri
dengan alutsista berteknologi.
Ketika uji tembak rudal Yakhont di perairan Laut
Sulawesi beberapa waktu lalu, kebanggaan yang
diraih dengan keberhasilan menenggelamkan KRI LST
Teluk Berau itu merupakan kebanggaan dalam
menilai sebuah paradigma teknologi tempur. Yaitu
keberhasilan yang mandiri tanpa dibantu oleh
ilmuwan Rusia meluncurkan dan menembak tepat
lambung LST tua itu sampai terjengkang kemudian
tenggelam. Ini adalah keberhasilan pertama yang
dilakukan militer di luar Rusia dalam mengoperasikan
rudal maut yang punya kemampuan jelajah sampai
300 km untuk menghajar kapal musuh.
Tahun ini direncanakan berlangsung latihan
gabungan TNI berskala besar. Ini akan melibatkan
banyak personil dan alutsista terbaru yang dimiliki
TNI. Area latihannya berpeluang besar dilakukan
untuk yang kesekian kalinya yaitu diwilayah sekitar
perairan Ambalat dan Sangatta di Kalimantan Timur.
Hanya bedanya di wilayah perbatasan itu saat ini
sedang berlangsung "pertempuran emosional" antara
pasukan Malaysia yang bersenjata lengkap dengan
gerilyawan Sulu yang mengklaim wilayah Sabah.
Tentunya jika konflik itu berkepanjangan, ketika
dilakukan Latgab TNI akan terjadi tontonan yang
menarik karena armada laut Malaysia yang sekarang
sedang melakukan patroli laut di perairan Sabah akan
bertemu dengan rombongan besar armada TNI AL
yang melakukan show of force.
Paradigma yang berbeda dari show of force kali ini
adalah armada laut TNI AL sudah dilengkapi dengan
persenjataan yang mematikan seperti rudal yakhont,
C802 dan C705, termasuk tank amfibi terbaru BMP3F.
Rasa percaya diri militer Indonesia tentu sudah jauh
menuju kesetaraan segala matra dengan asumsi titik
awal ada di tahun 2014 saat sebagian besar alutsista
modern sudah ada di pangkuan. Meski secara
diplomasi tidak menganggap Malaysia atau Singapura
sebagai kompetitor tetapi tetaplah secara naluri
kebangsaan keinginan memiliki alutsista modern
dengan kuantitas dan kualitas yang minimal setara
dengan negara tetangga menjadi idaman kita semua.
Sekedar ilustrasi catatan keberhasilan ekonomi
Indonesia tahun 2012 berdasarkan data resmi BPS
memberikan gambaran tentang pertumbuhan
ekonomi stabil selama delapan tahun dengan rata-
rata diatas 6 %, lalu pendapatan perkapita posisi
Desember 2012 telah mencapai US$ 3.850,
bandingkan dengan pendapatan perkapita tahun
1998 yang sebesar US$ 482 dan tahun 2004 sebesar
US$ 1.188. Posisi produk domestik bruto Indonesia
merupakan yang terbesar di Asia Tenggara dan nomor
16 pada tingkat dunia. Bursa saham di Jakarta pun
ikut mekar berkembang yang menunjukkan tingkat
investasi yang baik di negeri ini.
Sejalan dengan itu target yang hendak dicapai untuk
pendapatan perkapita tahun 2014 adalah sebesar US
$ 4.800 – 5.000,- sementara pencapaian tahun 2025
ditargetkan sebesar US$ 13.000 – 16.000 dengan
produk domestik bruto menduduki ranking 12 besar
dunia. Tentu saja keberhasilan ini membawa
kepastian akan kekuatan daya beli (purchase power)
yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dan
salah satu kekuatan daya beli itu adalah kekuatan
anggaran belanja alutsista. Belanja alutsista RI
dengan ritme pertumbuhan ekonomi dan kekuatan
beli yang dikenal dengan APBN dipastikan akan
meningkat tajam apalagi jika komitmen next
government memberikan angin segar bagi perkuatan
alutsista TNI.
Mestinya ikut pula terbawa cara pandang yang
mampu menilai paradigma ber TNI dan ber alutsista
sejalan dengan perkembangan kekuatan postur TNI.
Kenyataannya masih banyak kalangan yang berpola
pikir masa lalu dalam melihat postur TNI yang
mendapatkan alutsista baru. Misalnya dengan
tabuhan gendang dari segelintir oknum "membela
yang bayar" dikumandangkan bahwa senjata-senjata
itu nantinya digunakan untuk menggebuk rakyat
sendiri. Suara ini didengungkan dan lalu diamini oleh
segelintir rakyat yang kurang paham atau yang sudah
punya pola prasangka buruk pada pemerintah.
Kita harus akui bahwa masih banyak kekurangan
dalam karya di pemerintahan kita, utamanya korupsi
yang masih merajalela atau belum meratanya
keadilan hukum bagi semua pihak. Tetapi harus
diakui bahwa stabilitas ekonomi dengan pertumbuhan
yang tinggi dan iklim investasi yang semakin baik
merupakan nilai keberhasilan selama sembilan tahun
ini. Dunia mengakui itu tetapi ada sebagian kecil dari
kita yang tidak menganggap itu sebagai
keberhasilan. Tetapi setelah kita teliti ternyata
kelompok orang yang bersuara sumbang itu, ya itu-itu
saja orangnya dari kumpulan barisan sakit hati yang
memang dibiayai untuk bersuara sumbang sampai-
sampai ingin menggulingkan pemerintah.
Tentara di republik ini tidak terjun lagi ke dunia politik,
tugasnya sebagai komponen utama pertahanan
negara tentu juga menjaga lambang-lambang negara
termasuk Presiden. Oleh karena itu upaya-upaya
yang mengatas namakan rakyat dari segelintir barisan
sakit hati tadi yang mengancam hendak melakukan
gerakan inkonstitusional tentu akan berhadapan
dengan tentara dan polisi serta sebagian besar rakyat
Indonesia yang punya pola rasional, perspektif dan
prasangka baik. Hanya saja komponen masyarakat ini
tidak terekspos atau tak ingin tampil.
Menilai paradigma ber pemerintahan sangat kental
hubungannya dengan kosa kata "politik". Hanya
orang waras dan cerdas yang dapat menilai
paradigma adanya kemajuan selama sembilan tahun
ini. Tetapi jika sudah ada unsur politisasi maka nilai
paradigma itu tidak mampu dibaca dengan kacamata
bening hati. Sama juga ketika kita melihat
pertumbuhan postur TNI yang semakin gagah, nilai
paradigma dari perubahan menuju kekuatan sengat
yang berteknologi pasti akan memberikan nilai
kebanggaan. Tetapi jika sudah dimasuki unsur iri,
dengki dan nuansa politis tentu kejernihan menilainya
sudah ternoda. Dan itu bukan menilai paradigma
dengan kebeningan hati.
******


Sumber : analisis Bung Jagvane


Salam penulis

ANCA | ancablogspot-anca.blogspot.com
©copyright 2013
Sent from my BlackBerry® wireless device via Vodafone-Celcom Mobile.

La Pattawe Matinroe ri Bettung Raja Bone ke-9 Tahun 1565-1602

La Pattawe Matinroe ri Bettung Raja Bone ke-9 Tahun 1565-1602 La Pattawe Daeng Soreang Matinroe ri Bettung (Bulukumba) adalah raja Bone ke-9...