ancablogspot.com ©copyright 2013
Propek pengembangan Angkatan Laut Indonesia
semakin menjanjikan, setelah Kepala Staf Angkatan
Laut (Kasal) Laksamana Marsetio dijadwalkan
mengunjungi Korea Selatan dalam waktu dekat, untuk
menyaksikan pemotongan baja yang menandai
dimulainya pembuatan kapal selam pesanan TNI AL.
Duta besar Korea Selatan, Kim Young-Sun mengatakan
tiga kapal selam tipe U-209 telah dipesan oleh
Indonesia dan akan dikirim tahun 2015 hingga tahun
2016. Dua akan dibangun di galangan kapal Daewoo di
Busan, Korea Selatan, sementara yang ketiga akan
dibangun di fasilitas galangan kapal milik negara PT
PAL Indonesia di Surabaya. Rencana keberangkatan
KASAL ke Korea Selatan, disampaikan Duta Besar
Korea Selatan untuk Indonesia Kim Young-Sun, dalam
acara 40 tahun sejarah hubungan diplomatik kedua
negara, yang bertempat di Jakarta.
Pernyataan dari Dubes Korea Selatan ini, sekaligus
menepis dugaan, bahwa kapal selam yang dibeli
Indonesia adalah kapal bekas. Dengan adanya
pemotongan baja pertama, berarti Indonesia akan
memiliki kapal selam baru jenis U-209, buatan Korea
Selatan. Pernyataan Dubes Korea Selatan juga
menunjukkan, mereka serius membangun kapal selam
ketiga di Surabaya, Indonesia. Jika hal ini terwujud,
akan menjadi sebuah terobosan besar. Indonesia
mampu membuat kapal selam sendiri !.
Di sisi lain TNI AL juga bergerak untuk menindaklanjuti
rencana hibah 10 kapal selam dari Rusia. Menteri
Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, tim
peninjau TNI AL berangkat ke Rusia, untuk melihat
kapal selam hibah tersebut. Diduga kapal selam yang
ditawarkan Rusia adalah jenis Kilo yang masih
operasional namun direfurbish dan disesuaikan
dengan kondisi iklim laut di Indonesia. Kasusnya
mungkin mirip dengan hibah 30 pesawat tempur F-16
eks Amerika Serikat. Keberadaan kapal selam Kilo ini
akan mendatangkan kekuatan strategis bagi Angkatan
Laut Indonesia. Negara lain perlu berpikir ulangi, jika
mencoba mengganggu Indonesia. Bahkan keberadan
10 kapal selam kilo (jika jadi dibeli) akan menjadi
tekanan tersendiri bagi pasukan Amerika Serikat yang
berpangkalan di Australia. Kapal selam kilo memberi
pesan kepada Amerika Serikat dan Australia, bahwa
keamanan kawasan Indonesia, tidak diserahkan begitu
saja kepada mereka. Di sisi lain kapal selam ini akan
memperkuat posisi Indonesia di Perairan Natuna, yang
bersinggungan langsung dengan laut China Selatan,
atas ancaman armada laut China yang semakin
agresif.
Kekuatan bawah laut Indonesia akan mengalami
peningkatan yang signifikan. Namun jika dibandingkan
dengan negara-negara besar lainnya, seperti India,
Australia, China, dan Korea Selatan, maka peningkatan
kekuatan laut Indonesia, bisa disebut sedang
mengejar ketertinggalan.
TNI AL mencoba melompat jauh dengan pengadaan
hibah 10 kapal selam (diduga) Kilo. Ada baiknya juga
memiliki kapal permukaan yang memiliki nilai strategis
setara dengan Kilo, yakni kapal permukaan jenis
destroyer. Kapal ini bertugas melindungi kapal-kapal
permukaan Indonesia, sekaligus menjadi penggentar.
Negara yang dihadapi Indonesia saat berpatroli di
wilayah utara adalah China, sementara di wilayah
Selatan adalah Australia. Untuk itu diperlukan destoyer
sebagai alutsista strategis, didukung oleh frigate,
korvet dan kapal cepat rudal. Jika pada tahun 1960-an
Indonesia telah memiliki kapal penjelajah Cruiser dari
Uni Soviet, sangat wajar di MEF tahap 2 (2015-2019),
Indonesia memiliki destoyer.
Kembali ke persoalan kerjasama militer Indonesia dan
Korea Selatan. Kabar lain yang menggembirakan
adalah kedua negara saat ini mempersiapkan diri
untuk bekerja sama dalam pembuatan pesawat
tempur KFX / IFX generasi mendatang, yang dirancang
dan dibangun bersama-sama. Pada tahun 2010,
Indonesia setuju untuk menanggung 20 persen dari
biaya proyek KF-X dengan imbalan sekitar 50 pesawat
untuk TNI AU, setelah proyek itu diselesaikan.
Kim Young-Sun berharap keputusan final dari
kerjasama tersebut dapat dicapai sebelum berakhirnya
tahun 2013. "Yang penting adalah, kedua pihak saling
menyukai dan saling mempercayai", ujar Duta Besar
Korea Selatan.
Kepercayaan antara Indonesia dan Korea Selatan terus
meningkat, tidak hanya ditandai perkembangan
volume perdagangan dan investasi dari kedua negara,
tetapi juga skala investasi yang terlibat. Kim Young Sun
mengatakan investasi Korea di Posko – Krakatau dalam
produksi baja mencapai angka 7 miliar USD.
Sementara Pabrik Ban Hankook berinvestasi senilai 1,2
miliar USD di pada Bekasi, Jawa Barat. Sekarang ada
sekitar 2.000 perusahaan Korea berinvestasi di
Indonesia dan ada sekitar 50.000 masyarakat Korea
Selata di Indonesia.
Kim mengatakan kedua negara harus mendapatkan
pemahaman yang lebih baik satu sama lain, dan terus
membangu saling kepercayaan.
Sumber : JKGR
Salam penulis
ANCA | ancablogspot.com
©copyright 2013
Sent from my BlackBerry® wireless device via Vodafone-Celcom Mobile.