ancablogspot.com ©copyright 2013
Kepantasan pemerintahan SBY selama 5 tahun
terakhir ini yang patut dicatat sebagai nilai cum
laude adalah memberikan baju pakaian alutsista
layak pakai kepada salah satu pilar penyangga
NKRI, Tentara Nasional Indonesia. Sebelum itu
dan juga pemerintah ORBA sebelumnya,
perhatian untuk memakaikan pakaian perang
yang layak tempur kepada garda republik
memang tetap diberikan. Namun semua itu
belum mampu menegakkan kegagahan dan
kewibawaan tentara kita karena pakaian itu tidak
layak disandingkan dalam setiap "festival"
alutsista yang ditandingkan.
Tentara sesungguhnya adalah bagian dari naluri
bernegara. Ketika negara ini diproklamirkan 68
tahun yang lalu, tentara rakyat yang kemudian
menjelma menjadi tentara nasional adalah
kekuatan beton bertulang yang mampu
mengawal kibaran merah putih di seluruh tanah
air, meskipun persenjataannya minim. Episode
perang kemerdekaan sebagai konsekuansi
proklamasi 17 Agusttus 1945 berujung pada
kelelahan pihak penjajah sampai akhirnya
mengakui kedaulatan Republik Indonesia akhir
Desember 1949. Bukankah itu hasil perjuangan
tentara dan rakyat.
Spirit bertentara sesungguhnya ingin mengajak
khalayak untuk mengapresiasi ruang tugas yang
diemban tentara kita. Kebanggaan bertentara
diletakkan pada nilai kesediaannya untruk
kontrak mati, meletakkan jiwa raga pada
pengabdian tugas utama menjaga dan
mewibawakan kedaulatan NKRI. Oleh karena itu
jangan sampai ada pemikiran untuk bersu'uzon
pada pengawal republik ini karena dinamika
kawasan selama ini tidak memberikan
kesempatan untuk terjadinya perang antar
negara. Jelasnya karena tidak ada perang tidak
ada yang dikerjakan. Justru semua orang di
dunia ini tidak menginginkan terjadinya perang
karena akhirnya akan menyengsarakan nilai
eksistensi dan harkat manusia dan negara.
Tentara adalah bagian dari kebersamaan
perjalananan semua komponen bangsa untuk
membangun dan mensejahterakan rakyat
bangsa. Perjalanan menuju kesejahteraan
bangsa ini termasuk bagian dari partisipasi
tentara yang selalu mengawal dan menjaganya
pada apa yang disebut kedaulatan dan harga diri
bangsa. Nilai itu dalam ukuran persepsi dan
perspektif keperansertaan menuju kesejahteraan
bangsa seakan tidak merupakan bagian dari
substansi. Namun banyak yang tidak menyadari
bahwa kehadiran peran kesetiaan dan pengawal
harga diri kedaulatan yang diemban TNI justru
menjadi faktor utama dalam mengiringi tahapan
menuju kesejahteraan bangsa.
Natuna dan Ambalat salah satu contohnya.
Kehadiran tentara disana berikut sejumlah
alutsistanya adalah upaya untuk menegaskan
bahwa teritori ini dengan sejuta kekayaan
sumber daya alamnya adalah bagian dari tubuh
kami. Jangan coba ganggu apalagi ambil kalau
tidak ingin bertarung sampai mati. Ini bagian
dari simbol menjaga harkat dan martabat
sembari tetap melangkah bersama menuju
kesejahteraan bangsa. Sepintas seperti tidak
memberikan nilai kontribusi pada nilai
kesejahteraan tetapi kehadiran tentara dengan
alutsista yang setara di border negara tentu
memberikan nilai tawar bahkan gentar bagi
pihak manapun yang ingin menganggu teritori
bangsa ini. Menjaga Natuna dan Ambalat adalah
upaya mengawal tingkat kesejahteraan itu.
Bukankah di dua kawasan itu tersimpan potensi
energi fosil yang berlimpah.
Untuk itu maka perkuatan alutsista TNI bukanlah
sesuatu yang mewah dan mengada-ada.
Perkuatan alutsista merupakan kebutuhan
mutlak bagi tentara dan negara. Perkuatan ini
juga bagian dari upaya memoles nilai diri bangsa
terutama terkait dengan posisi diplomatik, posisi
hubungan bertetangga dan posisi postur diri
dalam berinteraksi secara dinamis. Jadi tidak
semata-mata untuk perang. Kekuatan tentara
dan alutsista sebuah negara bangsa diyakini
mampu meredam keinginan untuk berperang
bagi negara mana pun karena daya gentar dan
gebraknya. Lihat saja kekuatan militer AS, siapa
sih yang berani mau ngajak perang sama Paman
Sam.
Menyongsong peringatan hari kemerdekaan
tahun ini, selayaknya kita merenungkan
eksistensi perjalanan bangsa ini yang sudah
mencapai usia 68 tahun. Peran serta tentara
yang selalu setia menjaga harkat dan martabat
bangsa dalam dinamika kawasan maupun ambisi
separatis dari sekelompok gerakan bersenjata,
sudah dibuktikan dan terbukti. Kesetiaan tentara
pada negara ini adalah memastikan langkah dan
nilai perjalanan bangsa untuk membangun dan
mengembangkan rumah tangga Indonesia
menuju cita-cita konstitusi yang telah disepakati.
Maka ketika berbagai jenis alutsista mulai
berdatangan untuk sebuah kepantasan bagi
pengawal republik, sepantasnya pula kita hendak
menyatakan bahwa ini bukan kedatangan
pertama dan terakhir. Kita hendak
menyampaikan suara mayoritas rakyat yang
diyakini bagian dari kecintaan kepada TNI bahwa
modernisasi persenjataan TNI harus terus
berlanjut meskipun RI-1 berganti figur.
Kedatangan berbagai jenis alutsista yang sudah
jauh hari dipesan bukanlah merupakan expense
yang membebani negara tetapi justru
merupakan investasi dan asset yang mutlak
diperlukan untuk mengawal eksistensi
bernegara.
Dinamika kawasan yang mudah tersulut, sikap
paranoid AS terhadap Cina karena hegemoninya
tergerus, cara pandang Australia yang mendua
terhadap RI merupakan fakta tak terbantahkan.
Tentu perjalanan bergelombang ini
mengharuskan RI waspada sembari tetap
menyebar senyum pertemanan. Salah satu
langkah kewaspadaan itu adalah memberikan
kekuatan pakaian alutsista pada hulubalangnya.
Perkuatan alutsista ini tidak sekedar mengejar
ketertinggalan, tetapi lebih dari itu. Dalam dua
tahapan MEF berikutnya seiring dengan
kekuatan daya beli dan PDB yang semakin
meningkat, perkuatan alutsista TNI adalah
realisasi yang sudah di depan mata.
Dirgahayu Republik Indonesia
Jayalah Tentaraku
Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1434 H
*******
Sumber : Jagvane / 6 Agustus 2013
Penulis. : ANCA | ancablogspot.com
©copyright 2013
Powered by Telkomsel BlackBerry®