Selasa, 27 Agustus 2013

Analisis : Tawaran Yang Mendebarkan

KS Kilo klass
[Foto ancablogspot.com]

ancablogspot ©copyright 2013
Tepat di perayaan proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 2013, Menhan
Purnomo Yusgiantoro menghentak publik tanah
air khususnya seluruh komunitas forum militer di
negeri ini dengan mengumumkan adanya
penawaran 10 kapal selam bekas Rusia kepada
Indonesia. Inilah tawaran paling spektakuler dari
perjalanan perkuatan alutsista TNI sejak tahun
2010 karena yang ditawarkan adalah alutsista
bawah air yang paling ditakuti dan memiliki efek
gentar yang luar biasa.
Indonesia merasa sangat perlu untuk menambah
kuantitas kapal perang pemukul bawah air.
Selama ini kepemilikan alutsista strategis itu kita
hanya punya 2 biji dari Cakra Class, setidaknya
itu yang terpublikasi. Sementara negara jiran
Vietnam sebentar lagi memiliki 6 kapal selam Kilo
dari Rusia. Malaysia sudah punya 2 Scorpene
berencana menambah 2 lagi. Singapura punya 6
kapal selam eks Swedia dan berencana
menambah 4 unit lagi. Australia dengan 6 Collins
Classnya dan sedang mempersiapkan kapal selam
tercanggihnya. Belum lagi bicara tentang punya
Cina yang belakangan ini menjadi penganggu
ketenteraman Laut Cina Selatan.
Logikanya sederhana. Jika memang sekarang
kita punya 2 kapal selam lalu 3 tahun ke depan
ada tambahan 3 kapal selam jenis Changbogo
dari Korsel, artinya tahun 2018 kita punya 5
kapal selam. Tetapi sesungguhnya 2 kapal selam
kelas Cakra pada saat itu sudah uzur dan perlu
rawat inap lagi atau di museumkan saja. Jadi
jumlah efektifnya tak beranjak dari 2-3 kapal
selam padahal pada saat yang sama
kekhawatiran tentang situasi kawasan "muka
belakang" halaman rumah RI makin dinamis dan
perlu penjagaan lebih ketat.
Belum lagi menjaga Ambalat yang belakangan ini
diganggu manuver kapal selam tetangga. Belum
lagi mewaspadai gerakan kapal selam Singapura
yang teritori lautnya sempit. Sangat diyakini
gerakan kapal selam Singapura selama ini selalu
memasuki teritori laut Indonesia. Jadi selain
perkuatan armada kapal selam perlu juga
pangkalan kapal selam di Dumai Riau selain Teluk
Palu dan Surabaya. Sebagaimana skenario
sebelum krisis ekonomi 1997 ketika kita hendak
membeli 5 kapal selam bekas pakai Jerman U-206
yang cocok untuk perairan dangkal. Sayang
tidak jadi beli karena krisis itu.
Memang harus ada pintu lain untuk percepatan
target perolehan 12 kapal selam pada tahun
2020. Oleh sebab itu tawaran Rusia merupakan
hal yang menggembirakan karena untuk urusan
kapal selam Rusia merupakan produsen yang
disegani kualitas produknya. Ingat sejarah
Trikora dulu, kehadiran 12 kapal selam Whiskey
Class Rusia di Indonesia membuat Belanda
terpaksa angkat kaki dari Papua. Teknologi kapal
selam Rusia sampai saat ini diakui adalah yang
paling senyap didunia.
Yang menarik dari tawaran 10 kapal selam Rusia
ini adalah "cerita-cerita" sebelumnya sehingga
menimbulkan berbagai spekulasi. Seperti
diketahui beberapa tahun silam Presiden Vladimir
Putin menyetujui pemberian pinjaman dana
Kredit State untuk pembelian alutsista sebesar US
$ 1 milyar kepada Indonesia. Nah yang 300 juta
dollar itu sudah dibelanjakan alutsista made in
Rusia berupa Tank Amfibi BMP3F, persenjataan
Sukhoi dan suku cadangnya.
Sisanya yang 700 juta dollar anehnya tidak boleh
dibelikan alutsista lain selain sosok kapal selam,
itu persyaratannya. Skenarionya yang 700 juta
dollar itu merupakan jatah 2 kapal selam "herder"
jenis Kilo. Tetapi berdasarkan pengumuman,
pemerintah Indonesia tidak jadi membeli 2 Kilo
karena yang menang tender tahun 2012 lalu
adalah Korsel dengan persetujuan membuat 3
kapal selam "anjing kampung" dengan rincian 1
dibuat Daewoo, 1 dibuat bareng Daewoo dan PAL,
1 lagi dibuat PAL dengan supervisi Daewoo.
Begitu skenario transfer teknologinya. Rusia
mundur dari tender karena ada yang "lucu"
disitu. Kan gue yang kasih 700 juta dollar
pinjaman untuk 2 kapal selam. Kok pake-pake
tender segala sih, kata Paman Beruang Merah.
Tetapi ternyata dalam perjalanan pembuatannya
ada klaim dari Jerman sebagai pemilik teknologi
U-209 bahwa negeri itu hanya memberi lisensi
pada Turki, bukan Korsel sehingga perjalanan
pembuatan kapal selam Changbogo yang
merupakan fotocopy U-209 tersendat,
sebagaimana dinyatakan Ketua Komisi I DPR
Mahfudz Siddiq tanggal 19 Agustus 2013 yang
lalu. Sehingga tawaran 10 kapal selam itu perlu
dikaji lebih lanjut tentu dengan aroma tak perlu
mempersulit minimal soal anggarannya. Jika
disetujui baru bisa direalisasikan after 2014 atau
MEF tahap II. Tetapi yang menjadi pertanyaan
mengapa Ketua Komisi I DPR langsung
mendukung, biasanya selalu ada klarifikasi dulu,
atau mempertanyakan atau mengadakan rapat
bareng atau "perlawanan ala kadarnya".
Spekulasi yang berkembang boleh jadi
pembuatan kapal selam Kilo terdahulu tetap
berjalan tetapi tidak untuk konsumsi publik.
Tahun 2009 sudah dimulai pembangunannya
sehingga diperkirakan 2 Kilo itu sudah ada di
perairan Indonesia saat ini. Nah untuk menutupi
perjalanan masa lalu 2 Kilo itu maka skenario
tawaran 10 kapal selam dari jenis Kilo, Amur dan
Lada bekas menjadi jalan keluarnya sehingga jika
pengadaan 10 kapal selam tadi disetujui sudah
"include" 2 Kilo proyek sebelumnya. Bukankah
Wakil Menteri Pertahanan Malaysia belum lama ini
sudah berkoar-koar di Parlemennya bahwa
Indonesia sudah punya 2 kapal selam buatan
Rusia. Mengapa tidak dibantah.
Asumsi lain adalah jika masing-masing kapal
selam yang di upgrade itu memerlukan dana US$
70 juta maka klop untuk 10 kapal selam dengan
kucuran kredit state Rusia yang belum terpakai
sebesar US$ 700 juta. Tetapi angka US$ 70 juta
itu rasanya kok belum pantas untuk 1 kapal
selam bekas. Minimal diperlukan kisaran angka
US$ 100 juta. Jangan lupa Vladimir Putin kan
pernah menjanjikan tambahan Kredit State
sebesar US$ 1milyar lagi untuk pengadaan
alutsista Indonesia apalagi jika dikaitkan dengan
rencana membangun sistem jaringan rudal
penangkis serangan udara di sejumlah titik
strategis di Indonesia.
Apapun itu, tawaran yang mendebarkan itu
selayaknya patut kita apresiasi dan mendukung
realisasinya karena kita memang butuh kapal
selam lebih banyak untuk mengawal perairan
teritori NKRI. Tentu dengan catatan lebih selektif
melihat barangnya, nilai buku dan nilai jual,
kepantasan teknologinya, ongkos retrofitnya
termasuk biaya pemeliharaan dan ketersediaan
awak kapal selam. Disebut mendebarkan karena
tetangga kiri kanan juga ikut berdebar dengan
tawaran ini termasuk juga spekulasi kehadiran
Kilo, rangkaian proses persetujuan pengadaan,
anggaran yang tersedia dan kesamaan pandang
Ketua Komisi I DPR dengan Pemerintah yang tiba-
tiba bisa seiring sejalan gitu loh.
Sumber : Analisis
KRI Cakra melakukan patroli di laut Ambalat
Kapal selam jenis Amur buatan Rusia

Sumber : Analisis IDB

Salam penulis :
ANCA | ancablogspot.com
©copyright 2013
Powered by Telkomsel BlackBerry®

La Pattawe Matinroe ri Bettung Raja Bone ke-9 Tahun 1565-1602

La Pattawe Matinroe ri Bettung Raja Bone ke-9 Tahun 1565-1602 La Pattawe Daeng Soreang Matinroe ri Bettung (Bulukumba) adalah raja Bone ke-9...