Senin, 16 Maret 2020

Wabah Covid-19, Begitulah Virus, Begitulah Manusia

Wabah Covid-19, Begitulah Virus, Begitulah Manusia


Tulisan  Eko Wibowo  Mar 16, 2020
Wabah Covid-19, Begitulah Virus, Begitulah Manusia

Covid-19, demikianlah nama resmi wabah ini. Wabah terheboh di tahun ini. Kepala Organisasi Kesehatan Dunia, WHO secara resmi menamai penyakit virus Corona yang pertama kali diidentifikasi di Cina pada 31 Desember itu dengan nama Covid-19.

"Kami sekarang memiliki nama untuk penyakit ini dan itu Covid-19," kata ketua WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus Selasa (11/2/2020).

Tedros menjelaskan arti Covid-19. 'Co' yang artinya 'Corona', 'Vi' untuk 'Virus', dan "D" untuk 'Penyakit (Disease)'. Tedros pun menjelaskan bahwa pemilihan nama itu dilakukan untuk menghindari referensi ke lokasi geografis tertentu, spesies hewan atau sekelompok orang sesuai dengan rekomendasi internasional untuk penamaan, agar menghindari stigmatisasi.

Novel Coronavirus, si biang kerok wabah ini, pertama muncul di Wuhan. Membuat kota itu layaknya kota mati. Lebih jauh, membuat si empunya Wuhan, China, terganggu. Perekonomian mengalami gangguan. Banyak pabrik-pabrik terpaksa berhenti beroperasi.

Lalu sepenuhnya salahkah si virus itu?

Ya jelas salah. Karena kelakuannya itu, banyak manusia menjadi sakit. Banyak pihak dan negara yang dirugikan.

Tapi ya hanya sebatas itu saja. Tidak lebih.

Virus hanya sekedar "melaksanakan takdirnya" saja, yang memang melekat pada dirinya sejak dia tercipta. Kerugian dari apa yang dilakukannya, dapat terjadi hanya bila keadaan memungkinkan. Bila yang diserang tidak menjaga dirinya sendiri. Manusia dan makhluk lain yang tidak menjaga kebersihannya. Manusia yang tidak menjaga kekuatan staminanya. Manusia yang membiarkan dirinya selalu berada di situasi dan kondisi rentan, yang dapat membuat si virus ini memasuki tubuhnya.

Itu saja. Virus hanya berbuat hanya karena satu aturan saja, yaitu hukum alam. Tidak berkepentingan lain, juga tidak bersandar pada hukum lain. Hanya sunnatullah semata.

Coba bandingkan dengan kelakuan para manusia!

Mereka yang dianugerahi akal dan budi, dan mengklaim diri bertindak atas atas dasar keduanya itu, malah aneh-aneh menyikapi adanya virus ini. (Pengecualian tentunya bagi mereka yang menjadi korban dari Covid-19 ini. Mereka yang menjadi sakit, meninggal, dan yang ditinggalkannya. Juga bagi mereka yang secara waras pikir, berbuat semata-mata demi kemaslahatan.)

Manusia inilah yang berbuat tidak bersandar pada hukum alam. Menuruti nafsu kemanusiaannya. Menyandarkan pilihan tindakannya demi sebuah keuntungan. Mereka berbuat demi motif ekonomi, juga motif politik. Itulah manusia-manusia aneh.

Yang aneh-aneh itu, adalah ketika kesiagaan mereka terhadap serangan virus diwujudkan dengan kepanikan dan memanfaatkan kesempatan. Kepanikan ditunjukkan dengan aksi borong berbagai bahan yang merasa dibutuhkannya. Sementara yang berbuat memanfaatkan kesempatan, menjual berbagai bahan kebutuhan tersebut dengan harga yang telah dinaikkan secara gila-gilaan.

Tak kalah aneh adalah mereka-mereka yang melandaskan tindakannya pada kepentingan politik. Memanfaatkan Corona dan mereka penderita Covid-19 demi dendam dan ambisi politiknya.

Dendam mereka disalurkan dengan sibuk menyalahkan pemerintah. Bersamaan dengan itu, sebagian elitnya bertindak seakan-akan lebih cepat dan lebih sesuai dengan harapan masyarakat. Padahal lebih cepat dan lebih sesuai dengan harapan masyarakat, belum tentu lebih tepat. Ada hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan. Segala tindakan, selain harus lebih tepat--yaitu demi keamanan, kesehatan, dan kemaslahatan masyarakatnya--, juga harus tetap menjaga kewibawaan dan harga diri negara.

Segala tindakan yang diambil para pemangku kepentingan hendaknya tidak timbul dari tekanan pihak manapun.

Mereka yang memanfaatkan wabah Covid-19 ini, yang seakan-akan sedang memenuhi harapan masyarakat ini, justru seperti malah menari-nari, menumpuk pencitraan, dan mengangkangi pemilik kewenangan, demi kepentingan praktisnya. Demi kepentingan piciknya.

Mereka sedang memperkeruh suasana dengan cara menyaru sebagai pelindung masyarakat. Kekejaman yang terbalut dalam bungkus kemanusiaan.

Tidak bisakah mereka-mereka ini bertindak ideal? Menyingkirkan semua kepentingan. Ikhlas saja, semata karena tugas dan demi kebaikan bersama.

Pertama dan utama, kita semua harus melakukan apapun untuk saling melindungi di dalam masyarakat. Bisa jadi ini wabah virus corona bisa terjadi seumur hidup sekali, namun sekarang ini sangat penting. Sebelumnya saya pernah berkata bahwa sepak bola agaknya hal terpenting daripada hal lainnya. Hari ini, sepakbola dan pertandingan sepakbola sama sekali tidak penting.

Pernyataan Jurgen Klopp --Manajer Liverpool FC-- terkait penghentian sementara Liga Inggris dan peluang juara bagi timnya karena adanya wabah Covid-19.

Copast : Eko Wibowo ( seword )


Penulis dan Editor :

ANCA | ancablogger's

©copyrigh2020


La Pattawe Matinroe ri Bettung Raja Bone ke-9 Tahun 1565-1602

La Pattawe Matinroe ri Bettung Raja Bone ke-9 Tahun 1565-1602 La Pattawe Daeng Soreang Matinroe ri Bettung (Bulukumba) adalah raja Bone ke-9...