Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara II
(Pangkoopsau II) Marsekal Muda Agus Supriatna,
memberikan perhatian khusus kepada Papua yang
berada di perbatasan negara dengan mendatangkan
pesawat tempur taktis ke Papua untuk memperketat
penjagaan terhadap pesawat asing yang masuk ke
wilayah Papua.
"Kita bersyukur karena pemerintah telah
mempercayakan kepada kami, khususnya TNI AU
hinga akhirnya bisa membeli pesawat tempur taktis
seperti Tucano dari Brazil, yang akan di standby-kan di
wilayah Papua," ungkapnya kepada wartawan
18/10/2013.
Marsekal Muda Agus Supriatna, pesawat tempur yang
akan diletakkan di Papua merupakan rencana
strategis, mengingat Papua merupakan daerah
perbatasan. Dengan adanya pesawat tempur taktis itu,
Pangkoopsau II berharap bisa memantau keadaan dan
situasi di Papua secara keseluruhan. "Itu sangat
strategis kalau kita standby-kan di sini nantinya.
Namun karena pesawatnya belum lengkap 16 unit,
maka memang belum kita gerakkan, namun suatu
saat nanti akan kita standby-kan di sini," sambungnya.
Disinggung mengenai pesawat asing yang beberapa
kali "mampir" ke wilayah Papua tanpa ijin, Marsekal
Muda Agus Supriatna membenarkan hal itu. Dan dalam
rangka itulah TNI AU akan mendatangkan pesawat
tempur taktis tersebut ke Papua. Menyikapi adanya
pesawat asing yang masuk ke wilayah RI, pihak TNI AU,
khususnya Pangkalan Udara yang ada di Papua, selalu
menindak tegas terhadap pesawat asing yang masuk
ke wilayah Papua.
"Makanya kita simpan radar di Biak dan di Merauke
juga. Radar itu nantinya untuk pengawasan itu, jadi
setiap ada pesawat-pesawat yang unschedule (di luar
jadwal izin "red) maka kita pasti amankan. Kalau
mereka tidak ada ijin, maka kita tidak akan keluarkan
pesawat tersebut hingga mereka mengurus
perizinannya,"jelasnya.
Bukan hanya itu saja, Marsekal Muda TNI Agus juga
mengklaim beberapa kali telah menangkap pesawat
yang datang dari Australia maupun PNG ketika berada
di Merauke dan beberapa tempat yang ada di Papua.
Jika ditemukan benda-benda yang tidak sesuai dengan
izin, maka akan disita. "Jadi kalau ada kamera, video,
dan lain sebagainya akan kita ambil. Jangan-jangan
mereka ingin mendokumentasikan sesuatu. Pokoknya
harus ada izin dahulu. Kalau tidak ada ijin, kita akan
rampas, dan mereka harus bertanggungjawab," ujar
Pangkoopsau II. (jpnn.com).
Salam penulis:
ANCA (ancablogspot.com)
©copyright 2013
Sent from my BlackBerry® wireless device via Vodafone-Celcom Mobile.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar